Tidak dapat dipungkiri bahwa
perang Aceh adalah perang yang sangat berat bagi Belanda Maupun rakyat aceh,
perang yang terjadi pada tahun 1893 sampai 1904 membuktikan bahwa tekad dan
semangat pejuang Aceh tidak terpatahkan, banyak taktik, siasat , & strategi
yang dilakukan Belanda berakhir dengan kekecewaan, karena pejuang Aceh dibakar
semangatnya oleh para Ulama untuk berjuang di jalan Allah.
Namun setelah mendengar saran dari
Snouck Hurgronje yang merupakan pengamat rakyat Aceh, Hindia Belanda mulai
melancarkan siasat-siasat busuk dan licik untuk menjatuhkan kesulatanan Aceh
Walaupun begitu rakyat Aceh yang
tidak mengenal takut tetap makukan perlawanan tiada henti kepada Belanda.
Penyebab terjadinya
perang Aceh
- Pada tahun 1858 Sultan Ismail Siak menyerahkan Kubu, Tanah Putih, Bangko, Bilah, Panai,Kualuh, Asahan, Batu Bara, Badagai, Padang, Serdang, Percut, perbaungan, Deli, Langkat, dan Tamiang
- Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi perjanjian London ialah Belanda & Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh
- Perjanjian dilanggar oleh pihak Belanda sehingga aceh menyeret dan menembaki kapal Belanda yang melewati perairan Aceh
- Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps tahun 1869 , sehingga Aceh menjadi daerah yang memiliki lalu lintas perdagangan yang sangat penting.
- Ditandatanganinya perjanjian tahun 1871 bahwa Belanda memiliki hak untuk menjaga keamanan lalu-lintas di Selat Malaka yang pada tujuannya yaitu menginjak-injak kemerdekaan Aceh, padahal sebelumnya Inggris sudah mengikrarkan akan bersungguh-sungguh membela Aceh jika Aceh diserang
- Akibat perjanjian tersebut, Aceh kemudian mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, Sultan usmaniyah di singapura Dan dinasti Turki Usmani pada tahun 1871. Walaupun Itali dan Amerika telah menyatakan persetujuan untuk campur tangan (membantu) Aceh, namun faktanya mereka sama sekali tidak mengirimkan bantuan apapun bagi Aceh
- Dikarenakan hal diatas maka Belanda memiliki alasan untuk menyerang Aceh
Perang Aceh Melawan
Belanda
Agresi pertama
Belanda
Perang Aceh atau lebih tepatnya
perang kesultanan Aceh yang pada saat itu adalah masa Sultan Mahmud Syah terjadi
pada tahun 1873 sampai 1904, Surat pernyataan perang Belanda terhadap Aceh
ditulis pada tanggal 26 Maret 1873 oleh komisaris pemerintah Belanda yaitu Nieuwenhuijzen
dan diterima oleh Sultan Kerajaan Aceh Darussalam pada tanggal 1 April 1873,
dikarenakan penolakan pihak sultan, maka pihak belanda mulai menghujani daratan
Aceh dengan tembakan meriam dari kapal perang Citadel van Antwerpen.
Pada tanggal 5 Maret pihak belanda
telah berada di perairan aceh tepatnya pantai Cereumen, mereka membawa perwira berpangkat tinggi ,menengah dan
rendah yang sudah terlatih sabanyak 166 orang, serdadu 3197 orang, kuda 178
ekor, dan dari bagian Angkatan Laut sabanyak 450 orang, sabanyak 250 orang
diantaranya untuk tugas mendarat.
Pada saat itu Belanda
memperkirakan bahwa ada 2 benteng yang menjadi pelindung daratan Aceh dari
mendaratnya musuh, kedua benteng tersebut yaitu kuta pantai cermin & kuta meugat.
Pada tanggal 6 Maret Jenderal
Johan Harmen Rudolf Kohler menetapkan akan turun ke Aceh untuk melakukan
pengintaian dulu, dengan di bantu oleh kapal perang Citadel van Antwerpen yang menyerang benteng kuta meugat, kemudian kapal-kapal Siak & boonbreek menyerang kearah pantai untuk mempermudah
mendaratnya pasukan kohler, ketika sampai kemudian mereka merengsek ke arah
benteng kuta cereumen , walaupun
dihujani peluru, mereka berhasil mendudukinya.
Setelah menyelesaikan penyerangan
mereka atau bisa dikategorikan misi pengintaian, mereka kembali ke kapal untuk
menyiapkan penyerangan berikutnya.
Pendaratan dilakukan pada tanggal
8 April , pada penyerangan ini Belanda berusaha merebut masjid yang menurut
mereka adalah tempat dimana komando Aceh berasal, hal itu kemudian menjadi
kenyataan pada tanggal 10 April, mereka bergerak maju mendekati mesjid, belanda
menembakkan dengan peluru api bertubi-tubi sehingga dinding masjid bagian dalam
pun terbakar, pejuang aceh pun meninggalkan mesjid diiringi masukknya pasukan
Belanda yang bersukacita.
Hal tersebut tidak berlangsung
lama karena pasukan Aceh memborbardir pasukan Belanda dari luar, mereka keluar
dari masjid bukan karena menyerah, akan tetapi menjadikan mesjid sebagai
perangkap, hal tersebut membuat Kohler dan pasukannya terdesak dan kemudian
kabur melarikan diri.
14 april pasukan Kohler kembali melakukan penyerbuan, dan
berhasil menguasai masjid Baiturrahman, ketika ia sedang memantau ke daerah
masjid, ia ditembak oleh pejuang Aceh sehingga pada tanggal 15 April mayatnya
dilarikan ke kapal sedangkan Nieuwenhuijzen melarikan diri ke Penang, saat
itulah para ulama menyerukan bahwa ini adalah perang fiisabiilillah yaitu perang dijalan Allah dengan mengorbankan jiwa
dan raga demi mempertahankan negeri dari serangan Belanda.
Pemimpin perang periode pertama
dari pihak Aceh adalah Panglima Polem Cut Banta, Panglima Sagi XXII Mukim, Dan
Teuku Imam Luengbata. Setelah berhasil menduduki Masjid Raya Baiturachman,
Belanda kini memusatkan penyerangan pada Istana Sultan dibawah pimpinan Van
Daalen, Serangan Belanda atas istana Sultan ternyata mengalami kegagalan dan
atas persetujuan pemerintah Hindia Belanda di Batavia akhirya pasukan Belanda
meninggalkan Aceh pada 29 april 1873
Agresi kedua belanda
Pada tanggal 9 Desember 1973,
kapal perang Belanda kembali mendarat di pantai Aceh dan melakukan penyerangan
yang di pimpin oleh J.Van Swieten, dengan tujuan membunuh Sultan Mahmud Syah
dan menaklukkan istana,pada 24 januari 1974 istana pun berhasil direbut oleh
Belanda walaupun istana telah kosong, mereka pun merayakan hal tersebut dengan
berpesta pora di istana. dan kemudia J. Van Swieten mengubah nama ibukota
Bandar Aceh Darussalam menjadi Kutaraja.
Ketika dalam perjalan ke Lueng
Bata untuk mendirikan markas baru,Sultan Mahmud Syah yang telah mengidap kolera
akhirnya wafat di pagar aye atau sekarang disebut Pagar air, yang dalam
kejadian ini segera diangkat pengganti sultan yaitu Muhammad Daud Syah yang
masih sangat muda dan Tuanku hasyim yang merupakan dewan mangkubumi sebagai
ketua dewan pemangku yang bertindak atas nama Sultan.
Pada tanggal 31 januari 1874 Van
Swieten memproklamirkan bahwa Belanda telah menguasai Aceh besar. Tetapi rakyat
Aceh tidak gentar dengan seruan Belanda tersebut dan masih merasa merdeka
walaupun ibukota Aceh direbut oleh Belanda. Bagi rakyat Aceh sultan masih
berdaulat bahkan dengan dikuasainya Aceh besar oleh Belanda, semakin besar pula
semangat laskar Aceh dalam merebut kembali Aceh besar.
Agresi ketiga belanda
Jendral Pel yang menggantikan Van
Swieten mulai membangun pos-pos pertahanan di Kutaraja di bulan April 1874.
Pada tahun 1877 pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Van Der Heyden. Van Der
Heyden mulai melakukan tindakan ofensif dengan mengirim ekspedisi untuk
menakhlukkan Mukim XXII. Panglima Polim terpaksa mengundurkan diri ke daerah
lain. Daerah daerah lain dalam Aceh besar akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
Suasana yang dianggap sudah damai dan kesulitan keuangan keuangan mendorong
peguasa Kolonial Hindia Belanda menerapkan sistem pemerintahan sipil. Ternyata
langkah yang diambil oleh pemerintah Hindia Belanda itu salah. Namun karena
diberlakukannya pemerintahan sipil, perlawanan dari rakyat semakin besar
sehingga Belanda kembali menerapkan sistem pemerintahan militer.
Pada tahun 1877 Habib Abdurrahman
kembali dari Turki. Dia berhasil mengadakan perundingan dengan Teuku Cik Di
Tiro dan Imam Leungkata di Pidi untuk membicarakan soal strategi perang.
Penyerangan Habib Abdurrahman terutama untuk memperlemah pos-pos Belanda yang
melingkar antara Krueng, Raba, Lambaroh Uleekarang dan Klieng. Para pejuang
juga berusaha membatasi ruang gerak pasukan Belanda dengan menghentikan konvoi
pasukan Belanda. Memasuki tahun 1878 kegiatan llaskar Aceh semakin luas.
Pertempuran antara pasukan Habib Abdurrahman dengan pasukan Belandadi Blang Ue,
Peuka Badak dan Bukit Sirun. Tidak dipungkiri banyak perang yang dimenangkan
maupun dikalahkan Belanda yang dilalui Habib.
kekalahannya yang terakhir membuat
mentalnya untuk berperang menjadi surut, setelah membaringkan diri diantara
mayat pejuang Aceh yang telah mati, ketika malam ia pun kembali ke pasukannya,
kejadian ini terjadi pada tanggal 20 Agustus.
Secara diam-diam ia melakukan
hubungan dengan Jendral Van Der Heyden untuk tunduk kepada Belanda dengan
mengajukan beberapa syarat, Belanda pun menyetujui hal tersebut.Sementara itu,
Teuku Cik Di Tiro masih tetap melakukan perlawanan di daerah Pidi. Di Aceh
barat perlawanan terhadap Belnda dipimpin oleh Teuku Umar. Ia dibantu oleh
istrinya, Cut Nyak Dien yang juga aktif dalam medan pertempuran. Perlawanan
Teuku Umar membuat Belanda kesulitan, sehingga Belanda dengan sekuat tenaga
berusaha menakhukkannya.
Agresi keempat Belanda
Belanda yang mulai merasa bahwa
keadaan mereka di Aceh semakin buruk, hal tersebut dikarenakan pejuang Aceh
semakin banyak dan terorganisir, terlebih lagi ulama mengobarkan semangat juang
di kalangan rakyat Aceh dengan mendengungkan perang fiisabiilillah dan
mengkhotbahkan kisah-kisah peperangan seperti hikayat perang sabil, dan syair
Aceh.
Hal ini membuat Belanda mengambil
keputusan untuk menambah armada perangnya sebanyak 2 armada dan menutup
perairan ekspor/impor serta memblokade secara ketat beberapa pelabuhan,
diantaranya pelabuhan ulee lheue & lhokseumawee
Kemudian Gubernur deykerhoff
(1890) melakukan pendekatan terhadap para bangsawan dan pedagang Aceh, kemudian
taktik ini mereka pikir berhasil karena bergabungnya bangsawan Teuku Umar
kepada pihak belanda, kemudian Teuku Umar dan pasukannya membantu Belanda dalam
mengamankankan Aceh besar dengan menundukkan mukim XXII, XXV, XXVI. Dengan
demikian Teuku Umar mendapat kepercayaan yang besar dari Belanda, sempat muncul
sebutan dari rakyat Aceh kepada Teuku umar yaitu atse-atse Belanda atau
anjingnya Belanda,beberapa ulama bahkan men cap bahwa Umar adalah seorang kafir
dan harus dibunuh, mereka belum mengetahui maksud dan tujuan sebenarnya dari
Teuku Umar.
Setelah mendapatkan Kepercayaan
dari Belanda dan memperoleh begitu banyak senjata serta Uang yang lumayan
banyak, Umar memperlihatkan tujuan utamanya, pada tanggal 30 maret 1896 ia
membawa lari semuanya dan segera kembali ke Pejuang Aceh, kemudian perang di
Aceh Besar mulai Bergejolak kembali.
Agresi kelima Belanda
Belanda mulai frustasi atas apa
yang terjadi, segala taktik dan strategi yang dilakukan sama sekali tak dapat
menghancurkan Aceh, bahkan membuat semangat Pejuang Aceh semakin meningkat,
Oleh karena itu Belanda berusaha menyelidiki rahasia dari kekuatan besar Aceh
terutama yang menyangkut kehidupan sosial budayanya. Dr. Snouck Hurgrunje yang
faham tentang agama islam dan pernah bergaul dengan orang-orang Aceh yang naik
haji, oleh pemerintah Hindia Belanda dipandang sebagai orang yang tepat untuk
diberi tugas memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Belanda dalam
menakhlukkan Aceh
Sejak tahun 1890 Snouck Hurgronje
mempelajari masyarakat Aceh. Ia juga pernah bermukim secara rahasia di Mekkah,
dapat menguasai bahasa Arab serta sejara dan ajaran-ajaran islam. Pada tahun
1889 menjabat Penasihat Pemerintahan Agung Hindia Belanda untuk urusan Arab dan
pribumi. Hurgronje memberikan nasihat kepada pemerintah Hindia Belanda selama
perang Aceh supaya memecah belah persatuan antara kaum Ulebalang dan kaum
ulama. Bersamaan dengan dengan usaha memecah belah itu, kaum Ulebalang secara
militer harus didesak. Apabila ada dari kaum tersebut yang memberontak maka harus
dihancurkan dan kaum Ulebalang yang lemah harus dirangkul. Demikian pula dengan
kaum ulama, harus dilakukan penidasan militer tanpa ampun, sambil menyalurkan
ajaran-ajaran islam hanya pada bidang ubudiyah saja.ajaran-ajaran islam tentang
peperangan dan kenegaraan harus dimatikan
Snouck Hurgronje juga memberi
saran kepada pemerintah Hindia Belanda supaya menggempur semua pemimpin aceh
yang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Untuk menjaga keamanan Aceh Besar
di setiap segi ditempatkan pasukan mobil. Ekspedisi di Aceh Besar dipimpin oleh
Van Der Heyden dibantu oleh Van Heutz. Ofensif yang dilakukannya memaksa
pemimpin Aceh untuk lari ke Pidie, antara lain Panglima Polim, Teuku Umar, dan
pengikutnya. Strtegi ofensif itu diteruskan waktu Van Heutz diangkat sebagai
gubernur Aceh. Strategi itu sesuai dengan apa yang disarankan Snouck Hurgronje
dan bertahun-tahun mereka perjuangkan.Pada bulan juni 1898 diadakan rapat para
pemimpin perang dimana Teuku Umar dipilih menjadi pemimpinnya. Operasi Van
Heutz memaksa pihak Aceh lebih bersikap defensif dengan menghindari
konfrontasi, pada waktu menyerang Belanda di Meulaboh (1889) Teuku Umar pun
gugur.
Sementara itu ada Sultan Muhammad
Daud Syah sangat sulit untuk ditakhlukkan oleh Belanda. Oleh karena itu,
Belanda menggunakan taktik baru yaitu dengan menculik istri Sultan. Dengan
memberi tekanan-tekanan keras kepada Sultan, akhirnya Sultan Muhammad Dawud
menyerah kepada Belanda tahun 1903 Cara yang sama juga dilakukan Belanda untuk
menangkap Panglima Polim. Isteri, ibu dan anak-anak panglima Polim diculik oleh
Belanda, kemudian Belanda menekan Panglima Polim terus-menerus. Akhirnya karena
keadaan sudah mendesak maka panglima Polim dengan sisa pasukannya yang
berjumlah 150 orang terpaksa menyerah kepada Belanda pada tanggal 6 september
1903
Laskar Aceh semakin terdesak
terus, Meurado, Samalangan, Pensangan, Batu merah dan Batu illiejatuh ke tangan
Belanda. Beberapa rentetan peristiwa mulai dari gugurnya para pemimpin perang
sampai menerahnya para penglima dan Sultan Aceh kepada pihak Belanda
perlahan-lahan membuat pertahanan laskar Aceh lemah bahkan benar-benar sulit
untuk bangkit dan kuat seperti dahulu. Kesempatan tersebut digunakan pemerintah
Hindia Belanda untuk menenmkan kekuasaan di seluruh wilayah Aceh . Peristiwa menyerahnya
para pemimpin perang dan Sultan Aceh serta melemahnya kekuatan pejuang Aceh
sekaligus menandakan berakhirnya perang Aceh.Setelah perang Aceh berakhir, maka
kerajaan Aceh didikat oleh pemerintah Hindia Belanda dengan jalan
menandatangani pelakat pendek.
Walaupun Belanda sudah berhasil
menguasai Aceh ( menurut mereka ) dan menundukkan Sultan Aceh, tetapi rakyat Aceh masih
tetap mengadakan perlawanan terhadap Belanda walaupun hanya perlawanan dalam
skala yang tidak sebesar perang ketika masa Sultan, namun mampu membuat
Belanda merasa tidak nyaman dan menunjukkan bahwa Aceh belum sepenuhnya Tunduk
kepada mereka, hal ini terus berlanjut hingga
Belanda enyah dari Aceh dan Nusantara dan kemudian digantikan oleh penjajah
baru Yaitu Jepang (Nippon)
Referensi
Said, Muhammad. 1981. ACEH SEPANJANG ABAD jilid I. Medan. P.
T. Percetakan dan Penerbitan Waspada
Said. Muhammad. 1981. ACEH SEPANJANG ABAD jilid II. Medan.
P. T. Harian Waspada Medan
Hasjmy. A. 1977. APA SEBAB RAKYAT ACEH SANGGUP BERPERANG
PULUHAN TAHUN MELAWAN AGRESSI BELANDA. Jakarta. Bulan
Bintang
Al Chaidar. Sayed Mudhahar Ahmad. Yarmen Dinamika. 1999.
ACEH BERSIMBAH DARAH. Pustaka Al Kautsar
BalasHapusApakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh angka togel 2D ,4D, 6D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-321-606-847]]]
ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D
ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND
ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN PESUGIHAN TUYUL