Labels

Text Widget

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Hanya coretan tangan dari seseorang yang tak mampu menyampaikan perasaan hati. Sekedar harapan agar tulisan menjadi nyawa kedua bagi diri

Recent Posts

Home » » Siapakah Ibnu Bajjah

Siapakah Ibnu Bajjah


Ibnu Bajjah adalah seorang filosof islam yang berasal dari daerah barat kerajaan Islam, nama aslinya yaitu Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya al- sa’igh atau lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah, nama ini berasal dari bahasa Eropa yang artinya “perak” sedangkan orang Eropa menyebutnya dengan nama Avenpace

Untuk sejarah hidupnya, sangat sedikit orang yang mengetahuinya, terutama dimana ia belajar dan siapakah gurunya, ia Dilahirkan pada tahun 475H/1082M di Zaragoza ”Andalus” yang sekarang dikenal dengan nama Spain atau Spanyol.

Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan mampu dalam berbagai ilmu. Fath Ibnu Khayan yang telah menuduh Ibnu Bajjah sebagai ahli bid’ah dan mengecam pedas dalam karyanya (Qawa’id al-Iqyan) pun mengakui kekuasaan ilmu pengetahuannya dan tidak pernah meragukan kepandaiannya. Ibnu Bajjah menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno. Oleh tokoh-tokoh sezamannya, Ibnu Bajjah disejajarkan dengan al-Syam al-Rais Ibnu Sina. Ibnu Bajjah wafat 533 H/ 1138 M.

Ia wafat di kota Fez dan dimakamkan di samping makam Ibnu-Al Araby, ada riwayat yang menyatakan bahwa ia meninggal karena diracun oleh teman seprofesi, yakni seorang dokter yang bernama Ibnu Zuhri karena iri hari

Karya tulis Ibnu Bajjah

  • Risalatul wada’

Kitab ini ditulis untuk temannya yang akan pergi jauh, ia namun si temannya ini khawatr tidak dapat bertemu kembali, dalam kitab ini, ia menguraikan tentang ketuhanan dan penggerak pertama, ia mengkritik al-Ghazali yang menekankan pentingnya ilmu tasawuf dalam jalan berhubungan dengan tuhan dan meniadakan kemampuan akal
  • Tadbirul Mutawahhid

         Kitab ini hampir sama dengan kitab Al-Farabi yang berjudul al-Madinatul al-Fadhiilah, hanya saja Ibnu Bajjah lebih menekankan kepada keutamaan kehidupan individu didalam masyarakat
  • Kitaabun nafs

        Pembahasan tentang jiwa
  • Risaalatul Istishall

       Banyak berisi tentang uraian-uraian yang berkisar antara hubungan antara manusia dan akal

Ajaran filsafat Ibnu Bajjah

Pada umumnya, pemikiran Ibnu Bajjah tidak jauh berbeda dengan pemikiran Al-farabi, yaitu tujuan hidup manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hanya bisa diperoleh melalui akal, ia tidak menerima sedikitpun tentang ajaran tasawuf seperti yang diajarkan imam Ghazali karena dipandang sebagai sesuatu yang menyimpang dari akal sehat.

Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, Ibnu Bajjah menganjurkan untuk melakukan tiga hal, yaitu: (1) membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan memuliakanNya (2) membuat organ-organ tubuh kita bertindak sesuai dengan wawasan hati (3) menghindari segala yang membuat kita lalai mengingat Tuhan.

Pokok-pokok pemikiran Ibnu Bajjah adalah sebagai berikut.

1. Metafisika

Ibnu Bajjah membagi dua, yaitu yang ada (maujuud) dan berbilang karena memiliki bilangan atau bagian (ma’duudat), sesuatu yang berbilang ini terbagi dua, yaitu
  • Gerak yang saling terkait,dikarenakan ada unsur lain yang mengerakkannya, seperti melempar batu, yang melempar adalah manusia, sedangkan gerak yang dihasilkan ada pada batu.
  • Gerak mutlak dan abadi, dengan kata lain, disebut dengan Allah, yang merupakan sumber dari semua gerak, termasuk menggerakkan sesuatu yang saling terkait, dan juga mengatur bintang-bintang di angkasa.

2. Materi dan Bentuk

Menurut Ibnu Bajjah materi yang dapat bereksistensi harus ada bentuk. Dia berargumen jika materi berbentuk, maka ia akan berbagi menjadi materi dan bentuk dan begitu seterusnya. Ibnu Bajjah menyatakan bahwa bentuk pertama merupakan suatu bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi yang dikatakan sebagai tidak mempunyai bentuk.

Dalam tulisan-tulisan Ibnu Bajjah, kata bentuk dipakai untuk mencakup berbagai arti: jiwa, sosok, kekuatan, makna, konsep. Menurut pendapatnya, bentuk suatu tubuh memiliki tiga tingkatan :
1)                Bentuk fisik
2)                Bentuk kejiwaan khusus
3)                Bentuk jiwa umum atau bentuk intelektual

Untuk mudahnya, contoh dari (1) bentuk fisik yaitu jika seseorang memperlihatkan tangannya kepada anda, maka anda mengetahui bahwa tangan si fulan begini, begini dan begini.

Sementara (2) bentuk kejiwaan khusus yaitu, ketika tangan si fulan yang diperlihatkannya tadi, kemudian ia sembunyikan, ketika si fulan menceritakan kepada anda tentang tangannya, walaupun anda tidak melihatnya, tapi anda mengetahui bentuk tangannya, tangan si fulan ada di pikiran anda, tetapi tidak dalam bentuk tangan yang asli.

Dan yang terakhir yaitu (3) bentuk jiwa umum atau bentuk intelektual, ketika dua orang sedang membicarakan tentang tangan si fulan yang tadi sementara ia tidak ada disana, bentuk tangan yang mereka pahami adalah bentuk tangan yang lumrah diketahui oleh khalayak ramai, memiliki pergelangan, 5 jari, kuku, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk itu yang berkaitan dengan aktif oleh Ibnu Bajjah dinamakan bentuk-bentuk kejiwaan khusus. Pembedaan ini dilakukan karena bentuk kejiwaan umum hanya memiliki satu hubungan dan hubungan itu ialah dengan yang menerima, sedangkan bentuk-bentuk kejiwaan khusus memiliki dua hubungan umum dengan yang terasa.

3. Jiwa

Jiwa dianggap sebagai pernyataan pertama dalam tubuh alamiah dan teratur yang bersifat nutritif (mengandung zat-zat untuk badan) sensitif (kepekaan) dan imajinatif (rasional).

Setiap manusia memiliki 1 jiwa yang berubah dari waktu-kewaktu, contohnya seseorang dari ia bayi, remaja, dewasa, tua, kemudia mati,  jiwa adalah penggerak bagi manusia, maka dibutuhkan 2 jenis alat, yaitu alat jasmani dan rohani.

Alat jasmani seperti tangan dan kaki, ataupun nutrisi agar tetap hidup, karena naluriahnya manusia harus tetap hidup demi fungsi khusus kedudukannya dimuka bumi.
Sedangkan alat rohani dibagi menjadi 3:

a. Hasrat imajinatif yang melaluinya anak keturunan dibesarkan individu-individu dibawa ke tempat-tempat tinggal mereka dan memiliki rasa sayang, cinta dan yang semacamnya.

b. Hasrat menengah, yang melaluinya timbul nafsu akan makanan, perumahan, kesenian, dan ilmu. Binatang hanya memilik hasrat jenis ini, ia hanya cenderung untuk mencari makan.

c. Hasrat berbicara, yang melaluinya timbul pengajaran, ini merupakan hasrat khusus yang dimiliki oleh manusia, tidak seperti kedua hasrat  sebelumnya

Bila dalam hal berumah tangga, jika tujuan seseorang berumah tangga hanya untuk melampiaskan keinginan dan memuaskan nafsu lahiriah saja, maka ia sama saja dengan binatang yang berada pada hasrat menengah, ia tidak memiliki hasrat imajinatif, yakni sesuatu yang diperoleh dari berkeluarga bukan hanya bersifat lahiriah saja, namun memiliki efek-efek positif kearah batin, seperti mendapat ketenangan, kebahagiaan, ketentraman, dan sebagainya

4. Akal dan Ma’rifat

Menurut Ibnu Bajjah, akal adalah satu-satunya hal yang memungkinkan manusia mengetahui segala sesuatu, yaitu ma’rifat yang benar dan mutlak, juga kebahagian dan nilai-nilai Akhlak yang hanya dapat diperoleh dan diketahui dengan akal.

Jika manusia dapat menggunakan akalnya dengan teratur dan baik, maka ia bukan hanya dapat mengetahui sesuatu yang kecil,mudah dipahami, dan rendah tingkat wujudnya, tapi juga tentang hal-hal maknawi, bahkan yang abstrak sekalipun.

Wawasan yang paling tinggi adalah akal yang berwawasan ruh, dimana ia merupakan rahmat dari Tuhan. Wawasan yang sempurna dimiliki oleh para Nabi. Dan pengetahuan yang paling tinggi adalah mengenai Tuhan sendiri dan para malaikat-Nya, baru kemudian pengetahuan tentang kejadian yang akan terjadi di alam ini. Selain para Nabi yang memperoleh pengetahuan semacam itu, juga orang saleh yang meliputi para Wali Tuhan dan para sahabat Nabi. Kemudian sejumlah orang yang dikaruniai wawasan itu oleh Tuhan.

Akal manusia setapak demi setapak mendekati akal pertama dengan
  • Meraih pengetahuan yang didasarkan pada bukti, yang dalam hal ini akal paling tinggi direalisasikan sebagai bentuk. 
  • Memperoleh pengetahuan tanpa mempelajarinya atau berusaha meraihnya.

Pendekatan melalui cara kedua ini adalah suatu metode yang digunakan oleh orang-orang sufi khususnya Al-Ghozali.

5. Keabadian dan kebahagiaan.

Dua hal ini merupakan kesatuan yang berada dalam pemikiran Ibnu Bajjah dan akan dirasakan oleh manusia selama ia hidup di dunia, pekerjaan terbagi 2, yaitu pekerjaan yang sengaja dilakukan, dan yang tak disengaja,karena kebetulan, terpaksa, dan sebagainya.

Pekerjaan yang dilakukan secara sengaja dan dapat menghasilkan kekekalan dan keabadian yaitu

  • Pekerjaan yang berkaitan dengan kesenangan dan kenikmatan tubuh atau lahiriah. Seperti nikmat makan, mengunakan pakaian indah, atau tinggal di rumah mewah, hal yang ia rasakan adalah kekal dan bahagia selama ia hidup di dunia.

  • Setiap insan memiliki 2 umur di bumi ini, umur fisik yaitu umur yang dialaminya selama ia masih hidup didunia dan umur rohani, yaitu kenangan-kenangan orang lain terhadapnya setelah ia mati, kebahagian dan keabadian hanya bagi orang yang memiliki umur jenis kedua ini.

  • Pekerjaan yang dilakukan untuk menghasilkan rasa senang, bahagia, gembira, dan sebagainya, pekerjaan ini terbagi dua, (1) suatu kebohongan, seperti memperlihatkan keadaan yang tidak sebenarnya, bisa dikatakan bahwa ia hanya berpura-pura bahagia, dan (2)sesuatu yang jujur, yang lebih condong kepada pengakuan hati,orang yang seperti ini, menurut Ibnu Bajjah adalah orang yang mendapat balasan berganda disisi Allah



6. Politik

Dalam masalah politik dan kenegaraan, Ibnu Bajjah dipengaruhi oleh al-Farabi (al-Madiinah al-Fadilah) dan negara yang kurang (al-Madinah al-Naqishah), berbeda dengan al-Farabi yang lebih menekankan pada sifat pengaturan negara, Ibnu Bajjah lebih menekankan pada masyarakat atau penduduk, namun keduanya sependapat, negara yang sempurna hanya 1, yakni negara yang memiliki persyaratan tertentu sedangkan selainnya adalah negara-negara yang kurang atau jelek.

Salah satu ciri dari negara utama yang dimaksudkan Ibnu Bajjah yaitu tidak dibutuhkannya lagi dokter dan hakim, karena rakyatnya telah mengerti bagamana menjaga kesahatan, memakan hanya yang halal saja,serta bermanfaat bagi tubuh,dan tidak melakukan  pertentangan terhadap sesama, saling mengasihi dan saling menghormati, sehingga menimbulkan hubungan persaudaraan dalam masyarakat sosial, hal ini yang disebut dengan kesempurnaan negara

Beberapa ciri-ciri masyarakat dari negara yang sempurna adalah sebagai berikut

  •  Selalu menjaga kesehatan untuk itu, mereka memerlukan sedikit pengetahuan tentang kesehatan agar mereka dapat merawat diri.
  • Selalu makan apa yang diperlukan oleh tubuh.
  • Sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidup,yang menyangkut sandang,pangan,dan papan, karena kebutuhan ini bukanlah tujuan utama bagi kehidupannya.
  • Bergaul dengan orang-orang yang berilmu dan menjauhi orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi semata, bergaul dengan orang seperti ini hanya seperlunya saja.
  • Melakukan amal baik atas kemauan sendiri berdasarkan pertimbangan akal.
  • Menjauhkan diri dari kehidupan sufi

Mengikuti konsep al-Farabi, Ibnu Bajjah mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan pada wataknya ia harus hidup didalam masyarakat, maka dari itu “hidup menyendiri” yang jauh dari masyarakat adalah tercela.

Namun demikian jika hidup menyendiri untuk memelihara diri dari pengaruh buruk masyarakat, hal itu merupakan hal terpuju, ia menekankan kepada sikap hidup dalam masyarakat, bukan kepada tempat tinggal, menyendiri yang ia maksudkan yaitu “penyendiri” yang hidup di masyarakat, walau bagaimanapun jeleknya masyarakat tersebut, seperti yang dituliskan dalam bukunya yang terkenal Tadbir al-Mutawahhid

0 komentar:

Posting Komentar